Jumat, 08 Februari 2008

banjir kota

Titik Banjir di Kota Tangerang Makin Meluas
Sabtu, 9 Februari 2008 | 03:12 WIB
TANGERANG, KOMPAS - Titik genangan dan banjir di Kota Tangerang saat hujan deras turun awal Februari 2008 makin bertambah. Titik genangan dan banjir ini berada di 11 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kota Tangerang.
Kepala Seksi Sosial Budaya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang Anton Riyanto kepada Kompas, Jumat (8/2), mengungkapkan, meluasnya titik genangan dan banjir di Kota Tangerang mencemaskan, mengingat hujan turun hanya seharian, tetapi dampaknya sangat besar.
Kondisi cuaca buruk masih akan menyelimuti Tangerang. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Tangerang mengimbau masyarakat untuk selalu waspada.
Kepala Bappeda Kota Tangerang Dadang Durachman mengatakan, banjir di Kota Tangerang cenderung makin bertambah setiap tahunnya, baik lokasi, ketinggian, waktu, maupun luas genangan.
Tahun 2007, banjir merendam 63 lokasi dengan genangan seluas 518,5 hektar dan ketinggian sampai 300 sentimeter. Lama waktu terendam 49 jam sampai satu minggu.
”Banjir Februari 2007 akibat hujan deras yang turun 2-9 Februari, sedangkan banjir Februari 2008 akibat hujan turun seharian pada 1 Februari. Inilah bedanya. Bayangkan, hujan seharian saja sudah berdampak sama,” kata Dadang Durachman.
Sebelas kecamatan yang terendam air pada 1 Februari 2008 adalah Batuceper, Jatiuwung, Cipondoh, Tangerang, Pinang, Karang Tengah, Ciledug, Cibodas, Karawaci, Periuk, dan Benda. Meluasnya genangan dan banjir di Kota Tangerang, menurut Dadang, mencerminkan kondisi lingkungan kota yang semakin parah.
Penyebab banjir
Penyebab banjir di Kota Tangerang, selain akibat curah hujan tinggi, juga adanya penyimpangan pemanfaatan lahan di daerah hulu dan tengah wilayah daerah aliran sungai (DAS).
Selain itu, terjadi pengurangan kedalaman situ akibat alih fungsi situ dan sedimentasi. Juga pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan sampah serta perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase.
Sebanyak 50 persen sungai dan saluran pembuangan di Kota Tangerang disebutkan mengalami sedimentasi. Sungai yang melintas di Kota Tangerang tak mampu menampung debit air pada musim hujan. Dengan demikian, dibutuhkan normalisasi sungai.
Dadang juga menyebutkan, meluasnya banjir di berbagai wilayah di Kota Tangerang akibat ketidakjelasan batasan kewenangan pengelolaan DAS antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota. ”Terdapat dua pintu air yang rusak serta bocor dan itu wewenang pemerintah pusat,” katanya.
Meluasnya banjir juga karena tidak terintegrasinya rencana tata ruang wilayah (RTRW) di Jabodetabekjur.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab, kata Dadang, adalah adanya penyalahgunaan izin pengelolaan situ dan pemanfaatan situ ilegal. Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.
Bappeda Kota Tangerang mengusulkan agar pemerintah pusat dan provinsi merehabilitasi 33 situ di kabupaten dan 5 situ di Kota Tangerang serta melakukan normalisasi 16 sungai di Banten.
Catatan Bappeda, terjadi pengurangan jumlah situ dari sembilan menjadi enam. ”Penyusutan luas areal situ mencapai 41 persen, dari 257 hektar kini tinggal 152 hektar,” ujar Dadang.
Situ yang masih ada di Kota Tangerang saat ini adalah Situ Cipondoh, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ Kunciran, dan Situ Bojong. Menurut pengamatan Kompas, dari enam situ, hanya dua yang masih terawat, yaitu Cipondoh dan Gede. (KSP)
 Sumber Harian Umum Kompas

Tidak ada komentar: